Meski masih mempertahankan suasana klasik dan tradisi lokal, Kota Semarang termasuk salah satu kota yang paling berkembang di Pulau Jawa. Kota Semarang tergolong kota metropolitan, bahkan menjadi metropolitan terbesar nomor 5 di Tanah Air setelah Jakarta, Surabaya, Medan, dan Bandung.
Kota Semarang sebagai ibu kota di Provinsi Jawa Tengah ini memiliki destinasi wisata yang lengkap. Sehingga, sangat mampu memanjakan seluruh kalangan wisatawan. Kota yang terkenal akan Lumpia ini menampilkan kekhasan akulturasi budaya dan keindahan alam yang sangat menggoda wisatawan domestik maupun mancanegara. Kekhasan ini membawa Semarang menjadi destinasi andalan untuk wisata sejarah, kuliner, religi, dan alam.
Berikut beberapa destinasi wisata yang terpopuler di Kota Semarang
1. Masjid Agung Jawa Tengah
Bagi wisatawan yang mengunjungi Jawa Tengah untuk berwisata religi, maka Masjid Agung Jawa Tengah harus masuk daftar tujuan. Datanglah ke sini bersama sanak saudara menggunakan rental mobil dengan sopir agar lebih nyaman. Masjid Agung Jawa Tengah berdiri megah menampilkan gaya arsitektur Jawa, Islam, dan Romawi. Siapa pun yang memandangnya, pasti akan terbelalak dan terpesona. Terutama saat melihat Menara Asma Al-Husna yang menjulang setinggi 99 meter di area masjid. Masjid Agung Jawa Tengah memilih daya tarik sangat banyak. Yang paling dicari wisatawan adalah Menara Asma Al-Husna, Al Quran raksasa bertulisan tangan, bedug raksasa sepanjang 310 cm, dan 6 payung raksasa otomatis di area serambi. Sebagai objek wisata religi, Masjid Agung Jawa Tengah memiliki banyak fasilitas penunjang. Di sini terdapat wisma penginapan dengan 23 kamar, Museum Kebudayaan Islam, menara pandang, dan Kafe Muslim. Kafe Muslim tersebut sangat canggih karena bisa berputar 360 derajat untuk memperlihatkan pemandangan Kota Semarang dari semua sisi.
2. Kota Lama Semarang
Kawasan yang juga dikenal dengan nama “Outstadt” ini adalah sisi lawas Kota Semarang yang membentang seluas 31 hektar di Jalan Letjen Soeprapto. Sepanjang abad ke-19 dan ke-20, Kota Lama menjadi pusat perekonomian dan perdagangan Kota Semarang. Secara geografis, Kota Lama Semarang terasing dari daerah sekitarnya. Hal tersebut membuatnya bagaikan kota sendiri di dalam Kota Semarang. Di kawasan ini, banyak sekali terdapat bangunan bergaya Eropa tahun 1700-an. Ikon utama kawasan ini adalah Gereja Blenduk yang merupakan gereja kristen tertua di Jawa Tengah. Destinasi ikonik lain di sini, antara lain Stasiun Semarang Tawang, Jembatan Mberok, dan Kantor Pelni. Karakteristik Kota Lama mengingatkan orang pada Belanda sehingga tempat ini juga sering dipanggil “Belanda Kecil” (Little Netherland). Yang pasti, Kota Lama menawarkan pengalaman penjelajahan klasik yang sangat asyik di Semarang. Tentunya, jalan-jalan ke sini akan lebih sempurna jika mengajak teman-teman atau keluarga. Wisatawan bisa menggunakan jasa rental mobil di Semarang untuk memudahkan hal tersebut.
3. Kampung Batik Semarang
Menyebut Semarang sebaiknya jangan sampai melupakan batik sebagai salah satu budaya kebendaannya yang istimewa. Sebagaimana Yogyakarta, Semarang juga merupakan salah satu kota penghasil batik terbaik di Tanah Air. Kampung Batik Semarang hadir agar wisatawan dapat dengan mudah mengakrabkan diri dengan Batik Semarang. Wisatawan bisa langsung menyambangi kampung ini dibantu rental mobil, selepas berkeliling Kota Lama yang letaknya berdekatan. Sesuai namanya, kampung ini adalah kampungnya batik. Semua hal di kampung ini adalah tentang batik. Mural bernuansa batik menghiasi seluruh tembok di kampung ini. Rumah-rumahnya pun rata-rata adalah galeri batik. Di sini, wisatawan bisa melihat langsung proses pembuatan batik, belajar melukis batik, dan membeli batik. Pengalaman ini terasa sangat autentik karena berlangsung di rumah warga. Kampung yang bermukim di Kelurahan Rejomulyo ini sekarang semakin digandrungi wisatawan. Kaum muda juga senang datang ke sini karena suasananya yang segar. Apalagi tampilan penuh warna di Kampung Batik Semarang ini sangat menawan untuk dipotret.
4. Lapangan Simpang Lima
Lapangan Simpang Lima alias Lapangan Pancasila, merupakan sebuah lapangan terbuka hijau yang menjadi poros lima jalan utama Semarang. Jalan utama tersebut adalah Jalan Pahlawan, Jalan Ahmad Yani, Jalan Gajah Mada, Jalan Ahmad Dahlan, dan Jalan Pandanaran. Lokasi vital tersebut menjadikan Lapangan Simpang Lima seolah-olah jantung bagi Kota Semarang. Perannya sebagai titik pusat keramaian warga turut menjadikannya serupa jantung yang memberi kehidupan bagi kota ini. Lapangan Simpang Lima berdiri sejak tahun 1969 dan langsung menjadi markah tanah Semarang. Meski sangat sederhana, lapangan ini menawarkan keakraban khas Semarang. Di sini, wisatawan dapat melihat aktivitas warga dan bersantai sembari menikmati jajanan. Menjelang malam, suasana semakin meriah dengan dibukanya penyewaan sepeda dan becak berlampu warna-warni. Karena letaknya persis di persimpangan jalan utama tengah kota, siapa pun yang berkunjung ke Semarang pasti akan melewati lapangan ini. Wisatawan dengan rental mobil pun banyak yang tergoda untuk mampir kemari setelah melewatinya, meski tujuan utamanya bukan ke sana.
5. Lawang Sewu
Ikon wisata Kota Semarang ini dulunya lebih terkenal dari sisi mistis. Padahal, Lawang Sewu menawarkan daya tarik yang lebih dari itu. Cagar budaya peninggalan Belanda ini adalah salah satu simbol kemegahan arsitektur kolonial di Tanah Jawa. Lawang Sewu telah berdiri di bundaran Tugu Muda Semarang sejak tahun 1907. Nama Lawang Sewu bermakna Seribu Pintu, merujuk pada begitu banyaknya pintu dan jendela besar di bangunan ini. Gedung klasik ini dulunya berfungsi sebagai kantor perusahaan kereta api milik Belanda. Sekarang, Lawang Sewu menjadi cagar budaya Semarang dalam pengelolaan PT Kereta Api Indonesia. Wisatawan memenuhi Lawang Sewu untuk tur keliling gedung sembari memotret. Biasanya, wisatawan datang ke sini bersama rombongan agar tidak merasa tenggelam di dalam areanya yang sangat luas. Wisatawan menggunakan rental mobil agar dapat lanjut singgah ke beberapa destinasi menarik di sekitar setelah puas dari sini. Salah satu yang cukup dekat adalah kawasan Kota Lama.
6. Pantai Maron
Apabila wisatawan ingin menemukan pesona alam Semarang, maka arahkanlah diri ke Pantai Maron. Pantai ini berada di sekitar muara Sungai Cilandak, kira-kira 9 kilometer dari jantung kota. Gunakan jasa rental mobil dengan sopir untuk lebih mudah mencapai pantai cantik ini. Dari segi popularitas, Pantai Maron disebut-sebut bersaing ketat dengan Pantai Kuta di Bali dan Pantai Parangtritis di Yogyakarta. Setiap akhir pekan, pantai ini selalu penuh oleh warga setempat dan wisatawan dari berbagai kalangan. Keindahan Pantai Maron begitu menggoda, terutama karena pantai ini memiliki hutan bakau sebagai pagar pelindung abrasi. Kesegaran lautnya juga dapat dinikmati siapa saja karena kondisi pantai yang landai dan tenang. Waktu terbaik mengunjungi pantai ini adalah sore hari menjelang matahari terbenam. Pemandangan matahari yang kembali ke peraduan tampak sempurna dengan siluet cakrawala. Pengunjung pasti langsung tergiur untuk mengabadikan potret dirinya bersama pemandangan tersebut.
7. Tugu Muda
Tepat di depan Lawang Sewu, berdiri Tugu Muda sebagai monumen peringatan Pertempuran Lima Hari di Semarang. Tugu batu ini menjadi simbol patriotisme dan semangat juang para pemuda Kota Semarang dalam mempertahankan kedaulatan Tanah Air. Tugu Muda berdiri sempurna di pusat kota Semarang sejak 20 Mei 1953. Tugu batu ini berbentuk lilin setinggi 53 meter, menyiratkan semangat juang yang tak pernah padam. Penampilan tugu semakin cantik dengan taman dan kolam hias mengelilinginya. Wisatawan tentunya perlu mengunjungi Tugu Muda untuk meresapi kembali perjuangan rakyat merebut kemerdekaan. Napak tilas perjuangan itu dapat dilihat pada relief di bagian kaki tugu. Tugu Muda dapat ditemukan di persimpangan Jalan Pemuda, Jalan Imam Bonjol, Jalan Dr. Sutomo, dan Jalan Pandanaran. Titik tersebut dulunya merupakan tempat terjadinya Pertempuran Lima Hari di Semarang. Di sekitarnya, banyak gedung bersejarah lain yang menarik untuk dikunjungi, seperti Museum Mandala Bhakti, Lawang, Sewu, Gedung Pandanaran, dan Gereja Katedral Semarang.
8. Pasar Semawis
Pasar Semawis adalah kawasan Pecinan sekaligus pusat kuliner rakyat Semarang. Wisatawan dapat menemukannya di Jalan Gang Warung. Pengunjung yang datang dengan rental mobil bisa memarkir kendaraannya di Jalan Gang Minggir, Jalan Beteng, atau di Gang Besen. Menilik sejarahnya, Pasar Semawis pertama kali digelar tahun 2004 guna menyambut peresmian Tahun Baru Imlek sebagai Hari Libur Nasional di Indonesia, sekaligus memperingati 600 tahun Laksamana Cheng Ho di Semarang. Perayaan yang awalnya berlangsung hanya tiga hari dalam setahun tersebut, kini buka setiap akhir pekan sepanjang tahun. Pasar Semawis menawarkan surga kuliner Kota Semarang dengan harga merakyat. Wisatawan dari segala kalangan bisa menikmati petualangan rasa dengan mencicipi aneka makanan khas Jawa Tengah. Beberapa kuliner yang wajib dicoba adalah Lumpia Semarang, Pisang Plenet, Kue Serabi, Es Hawa, Soto Semarang, dan Es Teler Durian. Sempurnakan jalan-jalan di Semarang dengan mengunjungi Pasar Semawis pada hari Jumat – Minggu. Pasar ini buka sejak pukul 18:00 – 23:00 WIB.
9. Kelenteng Sam Poo Kong
Orang setempat menyebut Kelenteng Sam Poo Kong sebagai Gedung Batu karena bangunan utama Kelenteng ini adalah sebuah gua batu yang mereka yakini menjadi tempat pendaratan Laksamana Cheng Ho saat pertama kali tiba di Semarang. Gua tersebut kini menjadi ruang ziarah dan ibadah yang di dalamnya terdapat Patung Cheng Ho berlapis emas. Masyarakat setempat menghormati tempat tersebut dengan memanjatkan doa dan persembahan setiap kali berkunjung. Kelenteng Sam Poo Kong adalah objek wisata religi sekaligus sejarah dan budaya. Di sini, wisatawan yang beragama Kong Hu Cu bisa berziarah dan beribadah. Wisatawan lainnya dapat mengenali sejarah perjalanan Laksamana Cheng Ho dan mempelajari proses akulturasi budaya, utamanya dari relief yang terdapat di bangunan utama Kelenteng. Pada waktu-waktu tertentu, suasana di Kelenteng Sam Poo Kong menjadi lebih meriah dengan atraksi kesenian. Atraksi barongsai dan tari-tarian selalu ditampilkan di halaman Kelenteng sehingga seluruh wisatawan bisa menyaksikannya tanpa mengganggu ibadah. (*)